7.28.2016

Review: Marie Antoinette (2006)


Halo semua, kali ini aku tertarik buat ngomongin film yang baru saja aku tonton, Marie Antoinette. Untuk saat ini, sedang dalam mood me-review film-film karena pada liburan kali ini aku habiskan untuk nonton film 24/7. Oh ya, review yang aku buat ini lebih ke pendapat/pandangan pribadi sih, jadi bukan seperti kritikus film yang me-review film se-detail mungkin. Oh ya, maafin juga kalo bahasanya kaku ya...


Film Marie Antoinette bercerita tentang seorang Ratu Perancis di tahun 1700-an, Marie Antoinette (Kirsten Dunst) dan kehidupannya sebagai pemimpin negara Perancis dengan Sang Raja, Louis XVI (Jason Schwartzman) di Istana Versailles. Marie Antoinette dan Raja Louis XVI memimpin Perancis pada usia yang masih sangat muda ketika mau tidak mau harus menggantikan posisi sang kakek, Raja Louis XV yang meninggal dunia. Dalam kepemimpinannya, Marie Antoinette sebelumnya memang sudah tidak disukai rakyat perancis dikarenakan ia berasal dari Austria, yang mana merupakan salah satu musuh Perancis pada waktu itu. Ia terpaksa dinikahkan dengan putra mahkota Perancis demi menjalin persahabatan diantara kedua negara tersebut. Lambat laun, Marie Antoinette mulai disukai dikalangan keluarga kerajaan karena pribadinya yang supel dan rupanya yang cantik. Marie Antoinette juga mesti merasakan kesedihan ketika sang Ibunda dan keluarga besarnya menginginkan kelahiran putra mahkota selanjutnya darinya. Namun setelah penantian yang sangat sulit, ia akhirnya melahirkan seorang anak perempuan, Marie Therese dan disusul dengan kelahiran seorang putra mahkota. Dalam kepemimpinannya, Marie Antoinette terkenal boros, menghamburkan uang untuk keperluan pribadi dan sering mengadakan pesta dikalangan kerajaan disaat rakyat Perancis menderita kelaparan. Ia juga tidak terlalu pintar, tidak perduli akan masalah politik yang melanda negaranya, dan terlalu innocent.

Kurang lebih seperti itu cerita umumnya. Dalam filmnya sendiri, saya sangat suka style dari sang sutradara, Sofia Coppola ini. Siapa sih yang gak tau "aesthetics"-nya Sofia Coppola?  Dreamy, with soft lightning pastel-y vibe to it, picturesque dan sering diasosikan dengan teenage 90's aesthetics. Kurang lebih begitulah aku deskripsiinnya, seperti yang terlihat pada film-filmnya yang lain yaitu The Virgin Suicides (1999), Lost in Translation (2003), Somewhere (2010), dan lainnya. Bagi temen-temen yang suka sama karyanya Wes Anderson, pasti juga akan enjoy film-filmnya Sofia Coppola juga.


Film yang sekaligus disutradarai dan ditulis oleh anak dari sutradara ternama Frances Ford Coppola diadaptasi dari buku biografi, Marie Antoinette: The Journey karangan Antonia Fraser. Film ini mendapatkan piala Oscar untuk Desain Kostum Terbaik. Memang aku akui, kostum-kostum di film ini kereeen banget.

Sebagai Marie Antoinette, Kirsten Dunst memang lumayan bagus sih, cocok untuk film seperti ini. Tapi aku rasa mungkin ada yang lebih cocok lagi meranin Marie Antoinette, kenapa? karena aksennya. Ya, fyi dalam film ini, semua karakter mempunyai aksen yang berbeda-beda, yang mana bagi saya lumayan mengganggu. Karakter Louis XVI di film ini juga kurang cocok sekali. Dari penampilan sampai gayanya sebagai seorang Raja. Jason Schwartzman terlalu datar, kaku dan polos memerankan seorang Raja, penampilannya juga tidak mendapatkan kesan "royal family" dari saya. Mungkin karena bahasa tubuhnya? Secara keseluruhan, mereka berdua terlalu "lost" untuk berperan sebagai Raja dan Ratu. Lanjut, bagi saya, film ini bukan film yang tepat sebagai sumber sejarah utama yang kalian lihat kalau ingin tahu tentang Marie Antoinette. Dalam film ini, Marie Antoinette berkata "let them eat cake" ketika rakyat Perancis protes karena stok roti yang habis yang mana menurut sejarah, hal itu masih diperdebatkan kebenarannya. Film ini hanya ingin menggambarkan kisah hidup Marie Antoinette, sebagai remaja yang polos, aesthetics kehidupan mewah di istana yang indah dan tragis, dengan gaun yang indah, taman yang megah, dan juga kisah cinta dengan gaya ala Sofia Coppola, dreamy teenage angst. Film ini juga terkesan terburu-buru dibagian menuju akhir, dengan durasi 2 jam lebih seharusnya scene dalam film ini harus dapat dengan jelas menceritakan kisah Marie Antoinette secara menyeluruh. Contohnya, di bagian awal film, durasi dihabiskan untuk scene yang tidak perlu tetapi diadakan for the sake of estetika, sehingga bagi sebagian orang pasti membosankan. Dampaknya, bagian akhir yang mestinya diceritakan jadi tidak diceritakan. Walaupun kisah hidup Marie Antoinette tidak begitu lengkap diceritakan, menurut saya film ini mempunyai charm tersendiri dengan ending yang dibuat berbeda dari ekspektasi saya (well obviously we know what happened to her), a little bit unexpected but it turned out so beautifully. it makes people think of another beautiful ends to her tragic story, and it could be of million possibilities!


Kesimpulannya, saya sangat suka karya film ini, dengan style sang sutradara yang khas, kisah Marie Antoinettte yang tragis ini diceritakan dengan indahnya. Dengan musik indie rock, kostum yang indah, istana yang megah, taman-taman, kita seperti menonton film remaja ala 90-an yang memanjakan mata, beautiful tragic story of royal teens. She really takes this tragic timeless classic history tale to a whole new level. Walau bagi kebanyakan orang agak membosankan. It is really worth your time.

update: now after rewatching it, i don't think the accent thing is that annoying. maksud saya, saya mengerti sekarang mengapa  setiap cast berbicara dalam aksen ya berbeda; terutama bagi Marie Antoinette yang seharusnya meggunakan aksen perancis or at least, british? tapi malah menggunakan aksen amerika. Marie Antoinette diketahui merupakan seorang "ousider" yang mencoba untuk fit in di lingkungan barunya. Penggunaan aksen berbeda dengan yang lainnya sebagai tanda (to give you an idea) bahwa Marie Antoinette merupakan seorang pendatang merupakan hal yang clever atau cerdas bagi saya. Juga, kesan Raja dan Ratu baru yang "lost" memang ternyata dibutuhkan karena baik Marie Antoinette dan Louis XVI diketahui belum siap untuk menjadi Raja dan Ratu, plus mereka masih remaja sehingga kesan "lost" yang saya tangkap berhasil mereka berikan jika memang seperti itu seharusnya. 


Skor: 7.2/10

  

No comments:

Post a Comment

< > Home
witchcravt © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.